TEORI AKAL
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Filsafat Islam
Dosen Pengampu:
Drs. Ahmad Rowi, M.H
Di Susun Oleh:
Toyibatul Baroroh
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SULTAN FATAH
DEMAK
Ta. 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Pikir dalam kamus bahasa Indonesia
berarti akal budi, ingatan, angan – angan, kata dalam hati, kira, dan sangka.
Berfikir mencakup segala aktivitas mental, kita berfikir saat memutuskan barang
apa yang akan kita beli di toko. Kita berfikir saat melamun sambil menunggu
mata kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berfikir saat menulis artikel,
menulis makalah, puisi, membaca buku, menulis surat, merencanakan liburan, atau
menghawatirkan persahabatan yang terganggu, atau terkadang ada suatu problema
yang harus ia hadapi. Oleh karena itu, disini akan dibahas teori tentang
berfikir, antara berfikir dan bernalar, bahasa dan pikiran, dan macam – macam
berpikir.
2.
Rumusan
maslah
Dalam makalah ini terdapat rumusan
masalah, antara lain :
1.
Apa
pengertian berpikir ?
2.
Apa
perbedaan antara berpikir dan bernalar ?
3.
Apakah
arti dari bahasa dan pikiran ?
4.
Apa
saja macam – macam berpikir ?
3.
Tujuan
pembahasan
Dari rumusan masalah diatas,
terdapat beberapa tujuan, antara lain :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari berfikir.
2.
Untuk mengetahui perbedaan antara berfikir dan bernalar.
3.
Untuk mengetahui arti dari bahasa dan pikiran.
4.
Untuk mengetahui macam – macam berpikir.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Berfikir
sebagai aktivitas mental
Berfikir adalah suatu kegiatan
mental yang melibatkan kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh
pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan
sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya
seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan
atau wawasan tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih –
payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan
keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis, menalar, atau menarik kesimpulan dari premis – premis
yang ada, menimbang dan memutuskan.
Kegiatan berfikir, biasanya dimulai
ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan
persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berfikir juga
dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami.
Dengan menimbulkan pertanyaan – pertanyaan untuk dijawab . jenis, banyak,
sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian,
sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan subjek yang bersangkutan.
Setiap individu pasti memiliki cara
berfikir yang berbeda. Perbedaan dalam cara berfikir dan pemecahan masalah
merupakan hal yang nyata dan penting. Perbedaan ini mungkin sebagian disebabkan
oleh factor pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf
kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari pendidikan
formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya berfikir seseorang di
kemudian hari, di samping mempengaruhi pula mutu pemikirannya ( Leavitt, 1978
).
Para ahli melihat ihwal berfikir ini
dari perspektif yang berlainan. Ahli – ahli psikologi asosiasi, misalnya,
menganggap bahwa berfikir adalah kelangsungan tanggapan – tanggapan ketika
subjek berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir adalah berbicara dalam
hati. Sehubungan dengan pendapat plato , ada yang berpendapat bahwa berfikir
adalah aktivitas ideasional ( Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata, 1995:54
). Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan dua kenyataan, yakni :
Ø Berfikir adalah aktivitas, jadi
subjek yang berfikir aktif, dan
Ø Aktivitas bersifat ideasional, jadi
bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu,
berfikir menggunakan abstraksi – abstraksi atau “ ideas”.
Piaget menciptakan teori bahwa cara
berfikir logis berkembang secara bertahap, kira – kira pada usia dua tahun dan
pada sekitar tujuh tahun. Ia menunjukkan bahwa pada anak-anak tidak seperti
bejana yang menuggu untuk diisi penuh dengan pengetahuan . mereka secara aktif
membangun pemahamanya akan dunia dengan cara berinteraksi dengan dunia.
Dalam islam, seruan berfikir
memperhatikan dan mengetahui tidak dikhawatirkan akan membawa dampak negative
yang bertolak belakang dengan kebenaran agama, sebab islam beranggapan bahwa
kebenaran agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran rasio. Akidah haruslah
berdasarkan ilmu bukan dengan penyerahan diri secara buta.
Jadi, pada hakikatnya berikir
merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk
lain. Dengan dasar berfikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh
akal dapat memikirkannya. Berfikir juga disebut sebagai proses bekerjanya akal,
manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya sebagai
sifat hakikat,
sedangkan makhluk sebagai genus yang
merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang
berakal. Akal merupakan slah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai
kebenaran, dismping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai
kebaikan. Dengan akal inilah, manusia dapat berfikir untuk mencari jalan yang
hakiki.
2.
Berfikir
dan Bernalar
Menurut Sudarminta sesungguhnya
berfikir lebih luas dari sekedar bernalar. Bernalar adalah kegiatan pikiran
untuk menarik kesimpulan dari premis – premis yang sebelumnya sudah diketahui.
Bernalar ada tiga bentuk :
Ø Induktif : proses penarikan kesimpulan yang
berlaku umum ( universal ) dari rangkaian kejadian yang bersifat khusus (
particular ).
Ø Deduktif : penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau
pernyataan yang berlaku umum.
Ø Abduktif : penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis
berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang
sebelumnya sudah diketahui.
Kegiatan bernalar merupakan aspek
yang amat penting dalam berfikir. Akan tetapi, menyamakan berfikir dengan
bernalar, seperti dikatakan Sudarminta, merupakan suatu penyempitan konsep
berfikir. Penalaran adalah kegiatan berfikir seturut asas kelurusan berfikir
atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berfikir logis
belum menjamin bahwa kesimpulan ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti
benar. Dalam bernalar memang belum ada benar – salah. Yang ada adalah betul –
keliru, sahih atau tidak shohih.
3.
Bahasa
dan Pikiran
Definisi yang paling umum dari
berfikir adalah perkembangan ide dan konsep. Berfikir adalah suatu keaktifan
pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan.
Kita berfikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian yang kita inginkan.
Ciri – ciri terutama dari berfikir
adalah adanya abstraksi ( Purwanto, 1998:43). Abstraksi dalam hal ini berarti
anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda – benda, kejadian – kejadian,
situasi – situasi yang mula – mula dihadapi sebagai kenyataan.
Berfikir merupakan daya yang paling
utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan hewan. Manusia
dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. “
Bahasa” hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan,
sedangkan bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan
diajarkan.
Dengan bahasa, manusia bisa memberi
nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Senua benda, sifat, pekerjaan, dan lain – lain yang abstrak, diberi nama.
Dengan begitu, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpan,
menjadi tanggapan – tanggapan dan pengalaman – pengalaman, kemudian diolah (
berfikir ) menjadi pengertian – pengertian.
Dalam lapangan berfikir, Watson
terkenal dengan teorinya bahwa berfikir pada hakikatnya adalah implicit
behavior ( Dirgagunarsa, 1996 ). Berfikir haruslah merupakan suatu tingkah laku
motoris. Anak – anak, bahkan orang dewasa, sering berfikir dengan bersuara.
Berfikir dengan bersuara ini adalah untuk membisiki diri sendiri. Pada fase
selanjutnya, berbicara terhadap diri sendiri ini menghilang dan diganti dengan
gerakan – gerakan kecil pada lidah yang tidak dapat terlihat dari luar. Seorang
anak belajar berbicara terhadap diri sendiri bukan hanya mengenai apa yang
sedang dikerjakan, tetapi juga apa yang telah atau akan diperbuat. Oleh
karenaitu, ia dapat mencapai bentuk berfikir pada orang dewasa.
4.
Macam
– Macam Berfikir
Secara garis besar, ada dua macam
berfikir, yaitu :
Ø Berfikir Autistik : lebih tepatnya disebut dengan melamun, contoh : menghayal,
fantasi, atau wishful thinking. Dengan berfikir seperti ini, seseorang
melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar – gambar
fantastis.
Ø Berfikir Realistik : sering disebut reasoning ( nalar ), adalah berfikir dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch ( 1967 ), sperti
dikutip Rahmat ( 1994:69), menyebut tiga macam berfikir realistic :
Ø Berfikir Deduktif : berlangsung dari yang umum menuju yang khusus. Berfikir
deduktif adalah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan , yang pertama
merupakan pernyataan umum, dalam logika, disebut dengan silogisme.
Ø Berfikir Induktif : adalah proses berfikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan ( inferensi ).
Berfikir induktif ialah menarik kesimpulan umum dari berbagai kejadian ( data )
yang ada disekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berfikirnya adalah
sintesis. Tingkatan berfikirnya adalah induktif. Pada hakikatnya,, semua
pengetahuan yang dimiliki manusia berasal dari proses pengamatan ( observasi )
terhadap data.
Ø Berfikir Evaluatif :ialah berfikir kritis, menilai baik – buruknya, tepat atau
tidaknya suatu gagasan. Dalam berfikir evaluative, kita tidak menambah atau
mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu ( Rahmat, 1994 ).
Perlu diingat bahwa jalannya berfikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai
macam factor, antara lain yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami
masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang
dihadapi, pengalaman – pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi
orang itu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pada
hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara
manusia dan mahkluk lain.
2.
Berfikir
juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
3.
Berfikir
lebih luas dari sekedar bernalar.
4.
Berfikir
merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan
manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa,
sedangkan hewan tidak.
5.
Macam
– macam berpikir diantaranya berfikir autistic dan berfikir realistic. Dan
berfikir realistis yaitu dengan berfikir deduktif, induktif, evauatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Sobur, Alex . 2003 . Psikologi Umum
. Bandung : Pustaka Setia